Membungkus Sedih
Rapatkan sedihku dalam jiwaku
bungkus kesalku pada malam-malam sunyi
rebahkan bongkahan amarah
dalam cinta berakhir duka
tak ada yang sempurna
selalu saja lemah kalah
meresapi dinding-dinding hidup
mencaci setiap langkah yang kalah
dukaku menusuk kalbu
pada malam akhir kau bergurau
mengetarkan gendang telingaku
mengusik jiwa di setiap sudut anganku
aku...
seperti beku batu tak kuasa
setiap jengkal usahaku untukmu rebah
dinding-dinding tak lagi berdirih kokoh
seperti mencair di kehidupan nyata.
mati bukan sebuah pilihan
karena pasti kan berakhir kalah
jika terjadi sudahlah pasti
kubungkus semua perjuanganku denagan dosa
tanpa sadar ternyata aku bukan
pemilik jiwa yang sabar.
Ah...aku tak mau seperti itu.
akan kusimpan kenangan
sejak kutulis puisi ini
setelah kau mengakhiri tiga bulan lalu...
seperti mimpi saja.
kuucapkan terimakasih segalanya
belajar meratapi mimpi
yang tak kunjung berakhir bahagia.
semoga engkau bahagia...
sahabatku...
sahabatku...
yang lebih dari sahabat...
untukku aku bukan siapa-siapa untukmu lagi...
18/03/2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar